
Ahli Lingkungan Lulusan Universitas Indonesia (UI) menujuk contoh pohon tumbang yang harus di pelihara dan pembuangan sampah sembarangan di lingkungan Kampus UNIMA. (Foto: Ist)
MINAHASA – Universitas Negeri Manado (UNIMA) terkenal sebagai kampus yang sejuk karena memiliki jenis-jenis pepohonan dan tumbuhan yang beragam serta didukung lokasi yang subur yakni terletak di puncak Tonsaru Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.
Dengan lokasi UNIMA saat ini, seorang ahli Lingkungan lulusan Universitas Indonesia (UI) berlisensi Ketua Tim Penyusun AMDAL Indonesia, Dr. Felly Ferol Warouw, S.H., S.T., M.Eng., M.Pd, mendorong UNIMA dalam mempertahankan Green Campus (Kampus Hijau).
Ferol yang juga Dosen Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik (FT) UNIMA mengungkapkan alasannya mendukung program tersebut.
“UNIMA harusnya peduli terhadap isu-isu lingkungan karena ada penilaian Kampus Hijau yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kampus yang sehat dan berkelanjutan serta mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs),” ungkap Warouw, saat diwawancarai Kamis, (03/07/2025).
“Selain itu, penilaian Kampus Hijau ini adalah upaya mengukur dan mengevaluasi komitmen serta tindakan dari suatu Perguruan Tinggi dalam menerapkan prinsip-prinsip kepedulian terhadap lingkungan atau prinsip-prinsip keberlanjutan,” sambungnya.
Disamping itu, Ferol juga menekankan bahwa UNIMA saat ini memiliki potensi untuk masuk dalam UI Green Matrix World University ranking.
“Ada pemeringkatan yang namanya UI Green Matrix World University ranking dan UNIMA punya potensi untuk masuk dalam ranking tersebut karena UNIMA terkenal sebagai kampus yang hijau, kampus yang luas dengan segala jenis polulasi pepohonan dan tanaman. Oleh karena itu, potensi ini harus dimaksimalkan agar bisa memberi nilai dalam penilaian UI GreenMetric World University Ranking. Salah satu peluang untuk UNIMA adalah memberi kontribusi bagi keberlanjutan lingkungan,” ujar Warouw.
Lebih lanjut, Ferol menegaskan bahwa pentingnya program Green Campus terhadap penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi di UNIMA.
“Mengingat kondisi global dunia pasca perang di Timur Tengah maka bumi yang sehat dan layak huni menjadi satu keniscayaan. Kampus, harusnya menjadi pelopor untuk menyiapkan tempat hidup yang layak huni dengan melatih mahasiswanya sadar akan lingkungan dan pentingnya isu-isu lingkungan yang mempengaruhi keberlanjutan bumi. Kalau lingkungan kita rusak, otomatis bumi juga ikut rusak dan manusia pasti lebih cepat punah,” tegasnya.
Ferol juga menyebutkan dampak fatal dari aktivitas pembuangan sampah dan pengembangan pohon sembarangan.
“Jika satu orang membuang sampah sembarangan dan diikuti oleh lima miliar orang lainnya maka dunia kita akan ditutupi oleh sampah dan seandainya, satu orang menebang pohon sembarangan dan diikuti lima miliar orang lainnya maka bumi kita akan terasa panas seperti di matahari dan bahkan seperti di neraka,” sebut Warouw.
“UNIMA tentu harus jadi pelopor untuk kemudian menjaga keberlanjutan lingkungannya apalagi ini satu universitas yang dalam hal ini memberi teladan bagi lingkungan yang layak kuni dan menunjang keberlanjutan kehidupan manusia, bumi dan segala isinya.Karena itu, isu seperti isu-isu pemanasan global, isu kerusakan lingkungan, isu persampahan menjadi isu-isu yang penting untuk dibahas termasuk peran Perguruan Tinggi,” lanjutnya.
Ferol berharap agar UNIMA menjadi salah satu contoh yang menerapkan program kampus hijau di Indonesia maupun di dunia.
“Harapan saya, UNIMA tetap mempertahankan kualitas lingkungannya supaya jadi percontohan bahwa masih ada kampus hijau di Indonesia bahkan di dunia. Walapun indikator dari penilaian kampus hijau tentu ada pada infrastrukturnya, penggunaan energinya, pengelolaan sampah daur ulang air dan transportasi serta riset-riset yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Ini menjadi standar dalam pengembangan keberlanjutan bumi,” tutup Warouw. (***)