
( Wakil Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode GMIM bidang Pengembangan Sumber Daya dan Diakonia (PSDD )
Renungan Minggu 23 Maret 2025
Nats: Yesaya 52:13–53:12
Pendahuluan
Setiap orang ingin hidup diberkati dan sukses, tetapi tidak semua orang siap untuk mengalami penderitaan. Namun, dalam rencana Allah, sering kali penderitaan justru menjadi jalan menuju kemuliaan. Nats kita hari ini berbicara tentang seorang Hamba Tuhan yang harus mengalami penderitaan luar biasa, tetapi akhirnya ditinggikan oleh Allah.
Siapakah Hamba ini? Dalam Perjanjian Baru, kita memahami bahwa nubuatan ini digenapi dalam diri Yesus Kristus. Mari kita renungkan makna penderitaan Sang Hamba dan apa yang bisa kita pelajari dari-Nya.
1. Sang Hamba yang Ditinggikan (Yesaya 52:13-15)
Yesaya memulai dengan menyatakan bahwa Sang Hamba akan “bertindak bijaksana” dan “ditinggikan serta dimuliakan dengan sangat” (ay. 13). Namun, sebelum kemuliaan itu, ada penderitaan yang luar biasa.
Dalam ayat 14, dikatakan bahwa rupa-Nya berubah dan tidak lagi seperti manusia karena begitu hebatnya penderitaan yang Ia alami. Ini menggambarkan penderitaan fisik Yesus saat disiksa dan disalibkan. Namun, dari penderitaan-Nya, banyak bangsa akan tercengang dan raja-raja akan terdiam (ay. 15), karena mereka melihat kasih dan kuasa Allah yang dinyatakan melalui pengorbanan-Nya.
Pelajaran: Kemuliaan sejati sering kali datang setelah penderitaan. Yesus adalah teladan bagi kita bahwa kesetiaan dalam penderitaan akan membawa kemenangan pada akhirnya.
2. Sang Hamba yang Ditolak (Yesaya 53:1-3)
Nabi Yesaya menubuatkan bahwa banyak orang akan menolak Sang Hamba. Mereka tidak melihat keindahan dalam diri-Nya, sehingga mereka memandang rendah dan tidak menganggap-Nya berharga.
Yesus mengalami hal ini dalam pelayanan-Nya. Orang-orang Farisi dan ahli Taurat meragukan-Nya, bahkan rakyat yang awalnya mengikut Dia akhirnya meneriakkan, “Salibkan Dia!”
Pelajaran: Mengikuti Yesus berarti kita juga bisa menghadapi penolakan. Namun, jangan takut, sebab Tuhan sendiri yang akan membenarkan kita.
3. Sang Hamba yang Menderita Demi Kita (Yesaya 53:4-6)
Bagian ini menegaskan bahwa penderitaan Sang Hamba bukan karena dosa-Nya sendiri, melainkan demi kita.
“Ia tertikam oleh karena pemberontakan kita, diremukkan oleh karena kejahatan kita” (ay. 5).
“Oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh” (ay. 5b).
Yesus menanggung dosa dunia di kayu salib, agar kita yang berdosa dapat menerima pengampunan dan pemulihan.
Pelajaran: Pengorbanan Kristus menunjukkan betapa besar kasih Allah bagi kita. Apakah kita sudah merespons kasih itu dengan hidup yang berkenan kepada-Nya?
4. Sang Hamba yang Rela Berkorban (Yesaya 53:7-9)
Yesaya menggambarkan Sang Hamba seperti domba yang dibawa ke pembantaian, tetapi Ia tetap diam dan tidak membuka mulut-Nya.
Ini digenapi ketika Yesus ditangkap dan diadili. Ia tidak membela diri di hadapan Pilatus atau Herodes, karena Ia tahu bahwa penderitaan-Nya adalah bagian dari rencana keselamatan Allah.
Pelajaran: Ketika kita menghadapi penderitaan atau ketidakadilan, mari belajar dari Yesus. Kita tidak perlu membalas dendam, tetapi menyerahkan semuanya kepada Allah.
5. Sang Hamba yang Menang (Yesaya 53:10-12)
Akhirnya, penderitaan Sang Hamba bukanlah akhir dari segalanya. Allah berkenan menghancurkan-Nya, tetapi justru melalui pengorbanan-Nya, banyak orang akan diselamatkan.
Yesus bangkit dari kematian, dan sekarang Ia dimuliakan di surga. Ia telah menggenapi nubuatan ini dan membuka jalan keselamatan bagi kita semua.
Pelajaran: Salib bukanlah akhir, tetapi awal kemenangan. Jika kita setia dalam penderitaan, kita juga akan menikmati kemuliaan bersama Kristus.
Kesimpulan
Yesaya 52:13–53:12 menggambarkan dengan jelas penderitaan, penolakan, dan pengorbanan Sang Hamba Tuhan, yang kita pahami sebagai Yesus Kristus.
Dari bagian ini, kita belajar bahwa:
Penderitaan bisa menjadi jalan menuju kemuliaan.
Mengikut Yesus bisa berarti menghadapi penolakan.
Pengorbanan Kristus membawa keselamatan bagi kita.
Kita harus belajar untuk berserah seperti Yesus dalam penderitaan.
Kemenangan sejati datang setelah kesetiaan dalam penderitaan.
Mari kita hidup dalam syukur atas pengorbanan Kristus dan meneladani-Nya dalam hidup kita!
Amin.